Add caption |
Definisi
demografi seperti yang disebutkan di atas masih belum jelas arahnya, sulit
dibedakan dengan ilmu-ilmu sosial yang lain misalnya: sosiologi, antropologi
sosial, geografi sosial, yang juga berorientasi pada studi tentang penduduk
(man-oriented). Agar mudah dibedakan
dengan ilmu-ilmu sosial yang lain, maka Philip M. Hauser dan Dudley Duncan
(1959, 2) mengusulkan definisi untuk ilmu demografi sebagai berikut:
“Demography is the study of the size, territorial
distribution and composition of population, changes there in and the components
of such changes which may be identified as natality, mortality, territorial
movement (migration), and social mobility (change of Status)".
Dalam
bahasa Indonesia terjemahannya kurang
tebih sebagai berikut;
“Demografi
mempelajari jumlah, persebaran teritoriai dan komposisi penduduk serta
perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang biasanya timbul
karena natalitas, mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial
(perubahan status)'
Dari definisi di atas dapatlah disimpulkan bahwa
demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah, penyebaran
dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah, dan perubahan
tersebut disebabkan karena proses demografi yaitu kelahiran, kematian dan
migrasi penduduk. Berbeda dengan ilmu-ilmu sosial lainnya yang menekankan
studinya pada struktur penduduk, maka demografi lebih menekankan studinya pada
proses demografi. Ahli demografi mempelajari struktur penduduk untuk dapat
lebih memahami proses demografi. Misalnya dalam menganalisa fertilitas penduduk
di suatu daerah, ahli demografi perlu mengetahui jumlah pasangan usia subur yang ada di daerah
tersebut.
Demografi bersifat analistis-mathematis, dan karena
sifatnya yang demikian ini, demografi sering disebut juga statistik penduduk.
Demografi formal menghasilkan berbagai teknik-teknik baru untuk menghitung
angka-angka perbandingan demografi dan memperdalam pengertian tentang data-data
yang telah dikumpulkan oleh statistik penduduk. Dengan cara-cara perhitungan
baru dan pengetahuan baru tentang hubungan-hubungan antara unsur-unsur
demografi hakiki (kelahiran, kematian, migrasi, jenis kelamin, umur dan
sebagainya) dapatlah dibuat berbagai perkiraan-perkiraan jumlah penduduk untuk
masa yang akan datang (forward projection), dan juga bagi jaman yang lalu (backward-projection; Iskandar 1977, 8).
Di samping "demografi", kita sering pula
mendengar "ilmu kependudukan", atau "studi kependudukan"
(population study). Studi kependudukan lebih luas dari demografi, karena di
dalam memahami karakteristik penduduk di suatu wilayah, faktor-faktor
non-demografis pun ikut dipertimbangkan. Misalnya, di dalam memahami trend
fertilitas, tidak hanya ditinjau jumlah wanita dalam usia subur, tetapi
faktor-faktor sosial budaya juga ikut dipertimbangkan. Pada masyarakat di mana
penduduknya menginginkan anak yang lengkap (laki-laki dan perempuan) maka
besarnya jumlah anak ditentukan oleh kelengkapan jenis kelamin dari jumlah
anak yang telah dipunyainya. Ada juga beberapa ahli membedakan kedua disiplin
ilmu ini atas demografi formal (formal demography) untuk ilmu demografi, dan
demografi sosial (social demography) untuk studi kependudukan (Bogue 1969, 4).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar